Fiant-News, Jombang - Harga komoditas lombok terus meroket. Ibu rumah tangga kelimpungan karena masakan kurang lengkap jika tidak ditambah rasa pedas yang dihasilkan oleh lombok.
Betapa tidak, harga si kecil pedas di Jombang kini tembus Rp 80 ribu per kilogram. Praktis, harga tersebut setara dengan harga 10 kilogram beras.
Hari (45), pedagang lombok di Pasar Pon Jombang mengatakan, kenaikan harga lombok alias cabe di Kota Santri masih terus berlanjut. Kenaikan harga itu terhitung sejak tiga hari lalu.
Kenaikan tersebut berlangsung secara bertahap. "Awalnya tiap hari itu naik ya lima ribu, enam ribu. Sampai sekarang Rp 80 ribu per kilonya," ujar Hari ketika ditemui di stan miliknya, Rabu (5/1/2011).
Sulaikah (32), pedagang lainnya menambahkan, kenaikan harga lombok yang cukup tinggi itu mengakibatkan dagangannya sepi pembeli. Meski ada, mereka tidak lagi membeli dalam ukuran kilogram. Namun lebih rendah lagi, yakni takaran ons.
"Kenaikan itu terjadi sejak tiga hari lalu. Akibatnya, pelanggan jarang yang membeli sistem kiloan, mereka lebih memilih dengan takaran ons, yakni Rp 8 ribu per ons," kata perempuan berjilbab ini.
Keluhan para pedagang ini tidak kalah hebatnya dengan para pembeli, Suwaji, misalnya. Pedagang mie pangsit ini akhirnya mengeluarkan resep khusus ketika meracik sambal.
Suwaji mengaku, terpaksa mengurangi porsi penggunaan cabai rawit merah ketika membuat sambal. Sebagai gantinya, ia mengoplosnya dengan cabe hijau atau cabe yang biasa digunakan lalapan.
"Terpaksa dicampur sama lombok hijau kecil atau lombok lalapan ketika meracik sambal mie pangsit. Jika tidak, dagangan saya bisa bangkrut gara-gara lombok. Bayangkan saja 1 kilogram harga Rp 80 ribu," kata Suwaji keheranan.
Betapa tidak, harga si kecil pedas di Jombang kini tembus Rp 80 ribu per kilogram. Praktis, harga tersebut setara dengan harga 10 kilogram beras.
Hari (45), pedagang lombok di Pasar Pon Jombang mengatakan, kenaikan harga lombok alias cabe di Kota Santri masih terus berlanjut. Kenaikan harga itu terhitung sejak tiga hari lalu.
Kenaikan tersebut berlangsung secara bertahap. "Awalnya tiap hari itu naik ya lima ribu, enam ribu. Sampai sekarang Rp 80 ribu per kilonya," ujar Hari ketika ditemui di stan miliknya, Rabu (5/1/2011).
Sulaikah (32), pedagang lainnya menambahkan, kenaikan harga lombok yang cukup tinggi itu mengakibatkan dagangannya sepi pembeli. Meski ada, mereka tidak lagi membeli dalam ukuran kilogram. Namun lebih rendah lagi, yakni takaran ons.
"Kenaikan itu terjadi sejak tiga hari lalu. Akibatnya, pelanggan jarang yang membeli sistem kiloan, mereka lebih memilih dengan takaran ons, yakni Rp 8 ribu per ons," kata perempuan berjilbab ini.
Keluhan para pedagang ini tidak kalah hebatnya dengan para pembeli, Suwaji, misalnya. Pedagang mie pangsit ini akhirnya mengeluarkan resep khusus ketika meracik sambal.
Suwaji mengaku, terpaksa mengurangi porsi penggunaan cabai rawit merah ketika membuat sambal. Sebagai gantinya, ia mengoplosnya dengan cabe hijau atau cabe yang biasa digunakan lalapan.
"Terpaksa dicampur sama lombok hijau kecil atau lombok lalapan ketika meracik sambal mie pangsit. Jika tidak, dagangan saya bisa bangkrut gara-gara lombok. Bayangkan saja 1 kilogram harga Rp 80 ribu," kata Suwaji keheranan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar