Fiant-News, Surabaya - Pencampuran daging sapi betina dengan daging sapi impor mulai masuk ke sejumlah pasar di Jatim, dampaknya harga sapi maupun daging sapi lokal pun ikut anjlok.
Tak hanya membuat harga sapi menjadi jatuh, tetapi pengembelihan sapi betina dikhawatirkan akan mengurangi produksi daging di Jatim, mengingat kebanyakan sapi betina yang masuk ke rumah jagal hewan adalah sapi betina usia produktif.
Ketakutan yang berdampak besar terhadap harga dan produksi daging di jatim ini membuat Forum Komunikasi Peternakan Sapi Potong (FKPSP) Jawa Timur meminta Dinas Perdagangan dan Perindustrian maupun Dinas Peternakan Jatim maupun pusat melakukan sweping dan pengawasan ketat di setiap rumah jagal hewan di Jatim maupun nasional untuk mencegah pemotongan sapi betina produktif.
"Tekstur daging sapi betina produktif hampir sama dengan daging beku impor membuat membuat sapi betina produktif pun menjadi sasaran pencampuran. Tujuannya tak lain untuk bisa menjual daging impor di pasaran lokal dengan harga murah. Dan pengawasan ini bisa dilakukan pemerintah sejak dari hulu yakni di setiap Rumah Potong Hewan (RTH). Jika perlu segera lakukan sweping secara berkala sehingga kami peternak terlindungi," jelas Budi Agustomo, Ketua FKPSP Jatim, Kamis (10/3/2011).
Banyaknya daging impor yang bocor kepasaran lokal dinilai Budi tak terlepas dari kelalaian pemerintah pusat sendiri dalam mengatur dan mengawasi daging impor yang masuk. Sebab di tahun 2010 lalu ijin impor daging sapi hanya 70.000 ton tapi kenyataannya yang masuk sekitar 120.000 ton.
Akibatnya, harga sapi lokal terjun bebas karena selisih harga daging impoir dan lokal berkisar sekitar Rp 15.000 per Kg. Dimana harga daging sapi lokal kini Rp55.000-60.000 per Kg sedangkan harga daging sapi impor sekitar Rp40.000-45.000 per Kg.
"Lagi-lagi peternak yang dikorbankan dan itu terjadi di semua sentra peternakan sapi di Jatim. Seperti di Kalidawer, Kabupaten Tulungagung, yang merugi hingga 50 persen sebab sapi yang mau digemukkan di beli dengan harga Rp 13 juta, ternyata setelah digemukkan dua tahun dan dijual harganya sudah anjlok hingga Rp 7 juta. Kami juga ingin pemerintah segera menghentikan dan melarang peredaran daging sapi beku di Jatim," tandasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar