Fiant-News, Malang - Kesadaran petani di wilayah Kabupaten Malang dalam penggunaan pupuk organik, membuat pemakaian pupuk kimia bersubsidi mengalami penurunan drastis.
Dalam musim tanam dan pola konsumsi pada bulan Oktober 2010 ini saja, para petani memilih beralih pada keberadaan pupuk organik. Sehingga, pupuk bersubsidi penyerapannya turun hingga mencapai 60 persen lebih.
Turunnya penggunaan pupuk kimia bersubsidi dari pemerintah itu disampaikan langsung Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Malang, Purwanto, Minggu (24/10/2010). Menurutnya, penurunan penyerapan pupuk bersubsidi yang mencapai 60 persen, karena kesadaran petani memakai pupuk organik makin tinggi.
“Petani sudah menguji keunggulan pupuk organik. Sehingga, mereka sudah mengetahui manfaatnya. Lebih dari itu, dampak penggunaan pupuk kimia dirasa petani sangat jelek bagi kesuburan tanah. Hasil dari penggunaan pupuk organik dibanding pupuk kimia juga pada tingkat panen mereka yang melimpah. Dan inilah yang membuat jumlah pemakain pupuk kimia merosot,” ungkap Purwanto.
Dijelaskannya, penyerapan pupuk bersubsidi turun 40 persen dari total ketersedian pupuk bersubsidi yang diatas 61.272 ton. Beralihnya penggunaan pupuk organik oleh petani di Kabupaten Malang, karena Distanbun menemukan banyak data di lapangan jika petani sudah menguji keunggulan pupuk organik.
Purwanto juga menegaskan, dengan perubahan pola konsumsi para petani itu, juga sangat berdampak baik. Pasalnya, mereka tidak lagi tergantung dengan pupuk kimia bersubsidi dari pemerintah. Dari data Distanbun sendiri, menurutnya, penggunaan pupuk organik jumlahnya meningkat sampai di atas 9.093 ton pada tahun ini. Hal itu berbeda sangat jauh pada tahun lalu.
Di lain sisi, pemerintah juga memberikan bantuan pada petani melalui program Bantuang Langsung Petani (BLP) berupa pupuk organik granul sebanyak 130.500 ton, pupuk cair 8.670 ton, serta BLP juga memberikan bantuan pupuk NPK sebanyak 433.500 ton langsung pada petani di Kabupaten Malang.
“Kami menduga, terjadinya pergeseran musim tanam dan perubahan pola konsumsi tanam pada petani, menyebabkan penyerapan pupuk bersubsidi jadi turun drastis. Ditambah lagi musim penghujan yang sangat panjang pada tahun ini, membuat pemakaian pupuk subsidi kurang dicari. Namun, prediksi kami pada bulan November 2010 nanti, penyerapan pupuk bersubsidi kembali normal,” terang Purwanto.
Ditambahkannya, pada bulan depan sampai Desember 2010, adalah masuk musim tanam padi dan tebu. Bisa jadi, penggunaan pupuk kimia bersubsidi lancar kembali dan jadi buruan petani. Masalahnya, Kabupaten Malang saat ini mempunyai lahan pertanian 56 ribu hektar. Sedangkan lahan untuk tebu di atas 38 ribu hektar. Nantinya, Distanbun akan mengalokasikan sisa pupuk bersubsidi untuk petani penyedia rumput bagi ternak berikut perkebunan rakyat selain petani padi dan tanaman tebu. [Fiant]
Dalam musim tanam dan pola konsumsi pada bulan Oktober 2010 ini saja, para petani memilih beralih pada keberadaan pupuk organik. Sehingga, pupuk bersubsidi penyerapannya turun hingga mencapai 60 persen lebih.
Turunnya penggunaan pupuk kimia bersubsidi dari pemerintah itu disampaikan langsung Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Malang, Purwanto, Minggu (24/10/2010). Menurutnya, penurunan penyerapan pupuk bersubsidi yang mencapai 60 persen, karena kesadaran petani memakai pupuk organik makin tinggi.
“Petani sudah menguji keunggulan pupuk organik. Sehingga, mereka sudah mengetahui manfaatnya. Lebih dari itu, dampak penggunaan pupuk kimia dirasa petani sangat jelek bagi kesuburan tanah. Hasil dari penggunaan pupuk organik dibanding pupuk kimia juga pada tingkat panen mereka yang melimpah. Dan inilah yang membuat jumlah pemakain pupuk kimia merosot,” ungkap Purwanto.
Dijelaskannya, penyerapan pupuk bersubsidi turun 40 persen dari total ketersedian pupuk bersubsidi yang diatas 61.272 ton. Beralihnya penggunaan pupuk organik oleh petani di Kabupaten Malang, karena Distanbun menemukan banyak data di lapangan jika petani sudah menguji keunggulan pupuk organik.
Purwanto juga menegaskan, dengan perubahan pola konsumsi para petani itu, juga sangat berdampak baik. Pasalnya, mereka tidak lagi tergantung dengan pupuk kimia bersubsidi dari pemerintah. Dari data Distanbun sendiri, menurutnya, penggunaan pupuk organik jumlahnya meningkat sampai di atas 9.093 ton pada tahun ini. Hal itu berbeda sangat jauh pada tahun lalu.
Di lain sisi, pemerintah juga memberikan bantuan pada petani melalui program Bantuang Langsung Petani (BLP) berupa pupuk organik granul sebanyak 130.500 ton, pupuk cair 8.670 ton, serta BLP juga memberikan bantuan pupuk NPK sebanyak 433.500 ton langsung pada petani di Kabupaten Malang.
“Kami menduga, terjadinya pergeseran musim tanam dan perubahan pola konsumsi tanam pada petani, menyebabkan penyerapan pupuk bersubsidi jadi turun drastis. Ditambah lagi musim penghujan yang sangat panjang pada tahun ini, membuat pemakaian pupuk subsidi kurang dicari. Namun, prediksi kami pada bulan November 2010 nanti, penyerapan pupuk bersubsidi kembali normal,” terang Purwanto.
Ditambahkannya, pada bulan depan sampai Desember 2010, adalah masuk musim tanam padi dan tebu. Bisa jadi, penggunaan pupuk kimia bersubsidi lancar kembali dan jadi buruan petani. Masalahnya, Kabupaten Malang saat ini mempunyai lahan pertanian 56 ribu hektar. Sedangkan lahan untuk tebu di atas 38 ribu hektar. Nantinya, Distanbun akan mengalokasikan sisa pupuk bersubsidi untuk petani penyedia rumput bagi ternak berikut perkebunan rakyat selain petani padi dan tanaman tebu. [Fiant]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar