Fiant-News, Pacitan - Tingginya harga cabai di pasaran ternyata tak membuat sejumlah petani bisa menikmati keuntungan lebih. Pasalnya nasib para petani cabai di Pacitan sedikit tidak bruntung. Setelah beberapa watu lalu tanaman mereka mati karena hujan yang tinggi, kali ini tanaman mereka diserang hama Petak. Akibatnya para petani itu harus panen dini.
Seperti yang dialami Miswandi, salah satu petani cabai desa Bandar, kecamatan Bandar. Akibat serangan hama itu, dia terpaksa memanen tanaman cabainya lebih awal. Sebab jika dia nekat membiarkan tanaman cabai miliknya itu, semakin lama cabai akan membusuk.
''Tanaman cabai yang diserang hama Patek sudah tidak ada obatnya, kalau tidak segera dipanen tanaman dan cabai akan membusuk. Makanya dari pada semakin rugi saya memilih panen awal,'' jelasnya, Kamis (13/01/2011).
Bapak satu anak itu mengatakan, ciri-ciri tanaman cabai yang terserang hama mematikan itu bisa dilihat dari fisik pohon. Yakni batang dan daun terlihat layu. Jika dibiarkan semakin lama daun akan rontok dan tanaman mati dan ketika dicabut akar tanaman membusuk.
Bukannya tak melakukan pencegahan, dia dan beberapa petani cabai lainnya sebenarnya sudah berusaha melakukan pemberantasan hama. Salah satunya dengan menyemprotkan isektisida.
''Kita sebenarnya sudah melakukan upaya penyemprotan. Tapi bagaimana kalau sudah terserang hama sudah sulit dipertahankan, beberapa hari lagi pasti tanaman akan mati. Dulu saya setiap panen bisa dapat satu ton lebih. Tapi kalau sekarang separohnya saja sudah bagus,'' katanya.
Selain kecamatan Bandar, sentra cabai di Pacitan adalah kecamatan Kebonagung. Namun sayang karena tingginya curah hujan yang mengguyur Pacitan, para petani cabai di kecamatan itu kini beralih memilih menanam padi. Mereka takut jika nekat menanam cabai tanaman mereka akan mati sia-sia.
''Hujannya tak menentu dan jarang ada panas. Sangat sulit kalau area ini ditanami cabai. Dari pada kami rugi banyak, mendingan menanam tanaman padi saja,'' pungkas Sugiono, salah satu petani di kecamatan Kebonagung.
Seperti yang dialami Miswandi, salah satu petani cabai desa Bandar, kecamatan Bandar. Akibat serangan hama itu, dia terpaksa memanen tanaman cabainya lebih awal. Sebab jika dia nekat membiarkan tanaman cabai miliknya itu, semakin lama cabai akan membusuk.
''Tanaman cabai yang diserang hama Patek sudah tidak ada obatnya, kalau tidak segera dipanen tanaman dan cabai akan membusuk. Makanya dari pada semakin rugi saya memilih panen awal,'' jelasnya, Kamis (13/01/2011).
Bapak satu anak itu mengatakan, ciri-ciri tanaman cabai yang terserang hama mematikan itu bisa dilihat dari fisik pohon. Yakni batang dan daun terlihat layu. Jika dibiarkan semakin lama daun akan rontok dan tanaman mati dan ketika dicabut akar tanaman membusuk.
Bukannya tak melakukan pencegahan, dia dan beberapa petani cabai lainnya sebenarnya sudah berusaha melakukan pemberantasan hama. Salah satunya dengan menyemprotkan isektisida.
''Kita sebenarnya sudah melakukan upaya penyemprotan. Tapi bagaimana kalau sudah terserang hama sudah sulit dipertahankan, beberapa hari lagi pasti tanaman akan mati. Dulu saya setiap panen bisa dapat satu ton lebih. Tapi kalau sekarang separohnya saja sudah bagus,'' katanya.
Selain kecamatan Bandar, sentra cabai di Pacitan adalah kecamatan Kebonagung. Namun sayang karena tingginya curah hujan yang mengguyur Pacitan, para petani cabai di kecamatan itu kini beralih memilih menanam padi. Mereka takut jika nekat menanam cabai tanaman mereka akan mati sia-sia.
''Hujannya tak menentu dan jarang ada panas. Sangat sulit kalau area ini ditanami cabai. Dari pada kami rugi banyak, mendingan menanam tanaman padi saja,'' pungkas Sugiono, salah satu petani di kecamatan Kebonagung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar