Fiant-News, Seoul - Korea Selatan melepaskan balon propaganda yang dianggap sebagai senjata menakutkan bagi Korea Utara. Tindakan itu sebagai balasan atas serangan artileri Korea Utara pada Korea Selatan beberapa hari silam.
Pemerintah Korea Selatan meluncurkan propaganda untuk merongrong kekuasaan tangan besi pemimpin Korea Utara, Kim Jong II. Balon-balon itu mengirimkan selebaran bermakna antiPyongyang, ibu kota Korea Utara, menuju perbatasan kedua negara.
"Selebaran-selebaran itu bertuliskan kecaman terhadap Kim Jong Il dan suksesi keturunan genarasi ketiga," kata pejabat yang tidak ingin namanya dipublikasikan.
Sekitar 400.000 selebaran berebaran di sepanjang Zona Demiliterisasi (DMZ) beberapa jam setelah Korut menembaki Pulau Yeonpyoung. Kabarnya, selebaran itu telah dipersiapkan setelah tenggelamnya sebuah kapal perang Korsel beberapa bulan silam. Kejadian itu menewaskan 46 pelaut yang merupakan warga Korsel. Diduga, kapal tenggelam akibat senjata torpedo yang diluncurkan Korut.
Selain itu, pemerintah Seoul menyalakan pengeras suara bervoltase tinggi di daerah perbatasan. Seoul berniat membangkitkan sika antirezim dan pesan-pesan pro demokrasi di lintas perbatasan. Siaran-siaran itu diperdengarkan sejauh 24 kilo meter pada malam hari dan 10 kilo meter pada siang hari.
Enam tahun silam, Seoul (ibukota Korea Selatan) menjanjikan Pyongyang untuk menghentikan perang urat syaraf berupa balon progapanda itu. Balon-balon itu dinilai melemahkan kondisi psikologi Pyongyang. Namun, propaganda itu kembali dilakukan lantaran Korut menembaki sebuah pulau milik Korsel. Serangan itu menewaskan empat warga Korsel.
Korut merupakan negara paling tertutup. Mereka pernah marah akibat propaganda itu. Mereka mengancam akan menembaki pengeras suara dan balon-balon propaganda.
Kedua negara di Semenanjung Korea itu berperang sejak tahun 1950. Mereka kemudian mengakhiri perang dengan gencatan senjata. Namun, mereka tak menyepakati perjanjian perdamaian. [Fiant]
Pemerintah Korea Selatan meluncurkan propaganda untuk merongrong kekuasaan tangan besi pemimpin Korea Utara, Kim Jong II. Balon-balon itu mengirimkan selebaran bermakna antiPyongyang, ibu kota Korea Utara, menuju perbatasan kedua negara.
"Selebaran-selebaran itu bertuliskan kecaman terhadap Kim Jong Il dan suksesi keturunan genarasi ketiga," kata pejabat yang tidak ingin namanya dipublikasikan.
Sekitar 400.000 selebaran berebaran di sepanjang Zona Demiliterisasi (DMZ) beberapa jam setelah Korut menembaki Pulau Yeonpyoung. Kabarnya, selebaran itu telah dipersiapkan setelah tenggelamnya sebuah kapal perang Korsel beberapa bulan silam. Kejadian itu menewaskan 46 pelaut yang merupakan warga Korsel. Diduga, kapal tenggelam akibat senjata torpedo yang diluncurkan Korut.
Selain itu, pemerintah Seoul menyalakan pengeras suara bervoltase tinggi di daerah perbatasan. Seoul berniat membangkitkan sika antirezim dan pesan-pesan pro demokrasi di lintas perbatasan. Siaran-siaran itu diperdengarkan sejauh 24 kilo meter pada malam hari dan 10 kilo meter pada siang hari.
Enam tahun silam, Seoul (ibukota Korea Selatan) menjanjikan Pyongyang untuk menghentikan perang urat syaraf berupa balon progapanda itu. Balon-balon itu dinilai melemahkan kondisi psikologi Pyongyang. Namun, propaganda itu kembali dilakukan lantaran Korut menembaki sebuah pulau milik Korsel. Serangan itu menewaskan empat warga Korsel.
Korut merupakan negara paling tertutup. Mereka pernah marah akibat propaganda itu. Mereka mengancam akan menembaki pengeras suara dan balon-balon propaganda.
Kedua negara di Semenanjung Korea itu berperang sejak tahun 1950. Mereka kemudian mengakhiri perang dengan gencatan senjata. Namun, mereka tak menyepakati perjanjian perdamaian. [Fiant]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar