Fiant-News, Bojonegoro - Pasca kejadian tewasnya tiga pelajar yang tertabrak kereta api beberapa hari lalu, membuat warga mengingatkan agar jangan mendekat ke lokasi jembatan.
Sebab, jembatan yang berjajar tiga dan menghubungkan Provinsi Jatim dan Jateng, tepatnya di Kecamatan Padangan dan Cepu tersebut dikenal cukup angker.
Tiga jembatan yang dimaksud adalah jembatan utama untuk kendaraan roda empat dan dua terletak di paling utara, di bagian tengah ada jembatan lama pembuatan belanda yang sudah tidak dipakai lagi dan jembata kereta api yang berada di sebelah selatan.
Di jembatan terakhir dan paling selatan itulah, tiga pelajar asal SMA Katolik St Louis Cepu badannya remuk dihantam KA Argo Bromo, Kamis (16/12/2010) dua hari lalu.
Sejumlah informasi yang diperoleh Fiant-News di lapangan, Sabtu (18/12/2010) menyebutkan, selain faktor teknis jalan kereta api yang menikung dan membuat pandangan dari barat ke timur atau sebaliknya terganggu, ada faktor lain yang dianggap cukup magis bagi warga sekitar.
Bagaimana tidak, satu bulan lebih yang lalu, ada dua orang muda-mudi yang sedang asyik pacaran tewas dengan cara mengenas.
Saat itu, tepatnya Minggu (12/9/2010) Dawil Nur Sutopo (21) asal Desa Gamongan, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro ditemukan tewas di di Dusun Palang, Desa Betet, Kecamatan Kasiman, Bojonegoro.
Sebelumnya ia nekad meloncat dari atas jembatan untuk menyusul kekasihnya Eka Yuli Lestari (19) warga Desa Banjarejo, Kecamatan Padangan, Bojonegoro.
Korban Sutopo ditemukan warga 1 kilometer dari jembatan Padangan, tempat kedua pasangan kekasih tersebut tercebur ke bengawan solo.
Seperti penuturan warga, dua anak baru gede (ABG) tersebut saat itu sedang bermain di jembatan bagian tengah, tepatnya di samping jalan yang berlobang.
Entah bagaimana awalnya, tetapi pada saat itu Eka terjatuh di lobang menganga jembatan tersebut. Padahal, pada saat itu suasana cukup ramai.
"Kelihatannya ada yang menjatuhkannya. Sehingga, ia tidak bisa berbuat banyak," kata Sugeng, salah satu warga Desa Dengok, Kecamatan Padangan.
Dijelaskan, jika kejadian tidak masuk akal sebenarnya sudah terjadi berulang kali, khususnya memasuki bulan Suro.
"Makanya, saat kemarin ada korban yang ditabrak kereta, sudah banyak yang mengingatkannya," lanjutnya.
Menurut Sugeng, banyak warga sekitar yang sudah diberitahukan tentang kondisi jembatan di atas bengawan solo yang terkenag angker tersebut.
"Jika tidak percaya yang tidak masalah, persoalannya, di masing-masing jembatan itu sering meminta tumbal nyawa seseorang. Kemarin baru tiga orang tewas," sambungnya.
Sebab, jembatan yang berjajar tiga dan menghubungkan Provinsi Jatim dan Jateng, tepatnya di Kecamatan Padangan dan Cepu tersebut dikenal cukup angker.
Tiga jembatan yang dimaksud adalah jembatan utama untuk kendaraan roda empat dan dua terletak di paling utara, di bagian tengah ada jembatan lama pembuatan belanda yang sudah tidak dipakai lagi dan jembata kereta api yang berada di sebelah selatan.
Di jembatan terakhir dan paling selatan itulah, tiga pelajar asal SMA Katolik St Louis Cepu badannya remuk dihantam KA Argo Bromo, Kamis (16/12/2010) dua hari lalu.
Sejumlah informasi yang diperoleh Fiant-News di lapangan, Sabtu (18/12/2010) menyebutkan, selain faktor teknis jalan kereta api yang menikung dan membuat pandangan dari barat ke timur atau sebaliknya terganggu, ada faktor lain yang dianggap cukup magis bagi warga sekitar.
Bagaimana tidak, satu bulan lebih yang lalu, ada dua orang muda-mudi yang sedang asyik pacaran tewas dengan cara mengenas.
Saat itu, tepatnya Minggu (12/9/2010) Dawil Nur Sutopo (21) asal Desa Gamongan, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro ditemukan tewas di di Dusun Palang, Desa Betet, Kecamatan Kasiman, Bojonegoro.
Sebelumnya ia nekad meloncat dari atas jembatan untuk menyusul kekasihnya Eka Yuli Lestari (19) warga Desa Banjarejo, Kecamatan Padangan, Bojonegoro.
Korban Sutopo ditemukan warga 1 kilometer dari jembatan Padangan, tempat kedua pasangan kekasih tersebut tercebur ke bengawan solo.
Seperti penuturan warga, dua anak baru gede (ABG) tersebut saat itu sedang bermain di jembatan bagian tengah, tepatnya di samping jalan yang berlobang.
Entah bagaimana awalnya, tetapi pada saat itu Eka terjatuh di lobang menganga jembatan tersebut. Padahal, pada saat itu suasana cukup ramai.
"Kelihatannya ada yang menjatuhkannya. Sehingga, ia tidak bisa berbuat banyak," kata Sugeng, salah satu warga Desa Dengok, Kecamatan Padangan.
Dijelaskan, jika kejadian tidak masuk akal sebenarnya sudah terjadi berulang kali, khususnya memasuki bulan Suro.
"Makanya, saat kemarin ada korban yang ditabrak kereta, sudah banyak yang mengingatkannya," lanjutnya.
Menurut Sugeng, banyak warga sekitar yang sudah diberitahukan tentang kondisi jembatan di atas bengawan solo yang terkenag angker tersebut.
"Jika tidak percaya yang tidak masalah, persoalannya, di masing-masing jembatan itu sering meminta tumbal nyawa seseorang. Kemarin baru tiga orang tewas," sambungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar