News Update :

Senin, 10 Januari 2011

Sapi, Indikator Terpuruknya Petani

Fiant-News, Jember  - Sebenarnya cukup mudah untuk mengetahui apakah kondisi ekonomi petani saat ini dalam keadaan krisis. Indikator termudah adalah sapi.

Di Jember, terutama dalam tradisi masyarakat Madura, sapi adalah semacam investasi. Jika memiliki kelebihan uang, maka daripada menabung di bank, mereka memilih membeli anak sapi atau pedhetan untuk dipelihara.

Anak sapi ini akan dititipkan kepada kerabat atau teman yang secara ekonomi kurang beruntung untuk dirawat, atau biasa disebut digado. Jika sapi dewasa, maka akan dijual dan perawat mendapat bagian dari hasil penjualan.

Dalam kondisi saat ini, petani banyak terpaksa menjual sapinya karena mengalami tekanan secara ekonomi. Kondisi musim yang tak menentu membuat panen sebagian besar komoditas pertanian hancur, baik kualitas maupun kuantitas.

"Orang butuh uang, dan akhirnya sapi dijual. Tapi harga sapi jadi murah, karena banyak yang menjual, sementara permintaan sedikit. Siapa yang mau membeli, karena kondisi sekarang sedang susah," kata Abdus Setiawan, salah satu petani di Kecamatan Arjasa.

Saat ini, harga anak sapi jenis limosin hanya Rp 4 juta. Padahal, jika kondisi normal, harga anak sapi jenis ini bisa mencapai Rp 7 juta. "Kalau sapi jenis lokal, harganya lebih anjlok lagi," kata Setiawan.

Setiawan memerkirakan, angka kemiskinan pasti bertambah. "Pengaruh cuaca ini dahsyat sekali. Daya beli petani turun," katanya.

Kondisi ini dibenarkan oleh Jumantoro, Ketua Forum Komunikasi Petani Jember. "Saat ini yang untung dari dunia pertanian adalah pedagang, bukan petani. Petani cabe bisa sedikit bernapas lega, tapi yang untung lebih banyak adalah pelaku distribusi," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Jalur Berita : Kabar Berita Terbaru dan Terkini 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.