Namun itu tak membuat sedikit pun warga suku Tengger Brang Kulon di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan merasa khawatir terhadap ancaman letusan gunung berapi tersebut.
Pasalnya bagi masyarakat Tengger, Gunung Bromo bukan lah sembarang gunung. Tetapi gunung nan eksotik itu adalah tempat bersemayamnya para dewa, seperti nama yang disandangnya yakni Bromo atau Brahma yang artinya dewa Brahma. Karena dipandang gunung mulia, maka dimata mereka
Bromo tak mungkin mencelakainya.
Tokoh masyarakat suku Tengger Pasuruan Trisno Sudigdo mengatakan, erupsi Gunung Bromo yang tiada henti ini bukanlah sebuah musibah.
Tetapi ini adalah aktifitas sehari-hari yang biasa dialami gunung
berapi itu. Meskipun, tak jarang suara gemuruh terus menerus terdengar dari dalam kawah Bromo, bagaikan pesawat tempur.
"Sampai saat ini warga masih aman dan beraktifitas seperti biasanya. Bagi kami ini bukanlah sebuah musibah, karena Gunung Bromo bagi kami bukanlah sebuah ancaman. Karena hubungan masyarakat suku Tengger dengan Bromo, sangatlah dekat bagaikan ayah dan anak," ujar Trisno Sudigdo, Tokoh masyarakat suku Tengger Pasuruan Rabu (9/3/2011).
Oleh karena itu, pihaknya meminta agar semua pihak tidak terlalu melebih-lebihkan erupsi Gunung Bromo ini, hingga membuat masyarakat luas khawatir dan enggan untuk datang berwisata ke Bromo.
"Jangan dilebih-lebihkan, kondisi seperti ini kan sudah biasa. Jadi tidak usah terlalu berlebihan,” tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar